- Nurul Huda
- Hablullah
- Syahrur Rabi’
- Rohatil Akhyar
- Dzal Ghina
- Ya Kholiqol Akwan
- Badru min Thaibata
- Qolbi Lak
3. Album Sholawat Gambus (sallimuni) – Versi Dewasa
Lantunan shalawat yang dikumandangkan santri-santri pondok pesantren Langitan Tuban memiliki banyak versi. Ada versi group Al-muqtashidah, group al-Mahabbatain, Group Ar Raudhah dan lain-lain. Kali ini saya sajikan shalawat dari group ar-Raudhoh. Lantunan lagu shalawat ini aslinya menggunakan iringan rebana al-banjari. Namun dalam album ini musik banjari digantikan dengan polesan media keybord. Tapi jangan khawatir, seni rebana al-banjari tetap masih kita nikmati menyatu dengan kelembutan suara para vokalisnya.
Yuk kita bershalawat..Shollu alan Nabi Muhammad…!
Album Zairul Raudl
Album Ajmala Dzikro
Album Ilahi
Silahkan download lagu-lagunya, jika kualitas suaranya tidak sama silahkan sobat upgrade dengan menggunakan software pengatur suara MP3 atau silahkan baca tulisan saya Cara Menyamakan Volume MP3. Dan jika sobat menemukan link download yang rusak mohon dapat memberitahu saya melalui kotak komentar.
Indahnya berbagi, semoga Kumpulan Shalawat Al Raudlah Langitan ini bermamfaat. Sobat dapat mengcopi paste tulisan ini dengan tetap menyertakan link saya ini, syukron….[kang nasir media center]
Group shalawat al-mahabbatain kalau tidak salah adalah group shalawat dari Pondok Pesantren Langitan Tuban. Kemunculan group ini -kalau tidak salah juga- pasca munculnya group shalawat al-Muqtashidah Langitan. Saya mengira begitu, karena duo vokalis Al-Mahabbatain, yakni A. Yani dan Abdul Muid lebih dulu saya kenal sebagai vokalis Al-Muqtashidah melalui album ‘suara hati’ dan ‘ma’nal hayat’. Mereka berdua yang mengumandangkan shalawat-shalawat al-Muqtashidah dengan vokal suara tinggi. Sehingga acapkali menyulitkan group-group shalawat lain untuk melantunkan lagu-lagu mereka. Seperti halnya group shalawat yang saya bina, yakni ‘An-Nida’ sempat harus melakukan latihan berulang-ulang untuk mampu melantunkan lagu-lagu mereka, terutama lagu ‘shautut dhomir’ dan ‘al-aqlu’.
Album produk al-Mahabbatain lumayan banyak, secara pasti saya tidak mengetahuinya. Namun di sini saya akan menyajikan 40 lagu al-mahabbatain dari 8 album yang sudah mereka keluarkan. Di dalam album ini selain lirik shalawat juga ada yang berirama gambus. Alunan musik dalam shalawat al-Mahabbatain ini persis sama dengan al-Muqtashidah. Sama dalam arti tidak menggunakan alat musik rebana asli dalam proses rekamannya. Suara rebana sudah diganti dengan suara dari alat musik modern semisal keyboard atau organ tunggal. Bagi anda penikmat rebana al-banjari murni mungkin kurang cocok dengan album shalawat ini. Namun dengan lantunan suara A. Yani dan Abd. Muid yang merdu, syair dan lirik ini akan tetap menggugah hati anda untuk ikut bershalawat.
Silahkan download lagunya dan yuk….kita bershalawat….shollu alan Nabiy Muhammad……
No | Lagu | No | Lagu |
01 | Yaman | 21 | Baghlalalaya |
02 | Bi Rosul | 22 | Shollu |
03 | Ahwal Habib | 23 | Robbi |
04 | Lailaha Illallah | 24 | Shollu |
05 | Ahbabtu | 25 | Al-yamaniah |
06 | Sholatan | 26 | Innal Habib |
07 | Ya Rasulallah | 27 | Ajmalumaghna |
08 | Anal Faqir | 28 | Ya Hadi |
09 | Syarofatul Anam | 29 | As-Salam |
10 | Buduwush shobah | 30 | Lam Yazal |
11 | Assalamu’alaik | 31 | Mahabbatul qur’an |
12 | Bertasbih | 32 | Subhanallah |
13 | Lailahaillallah | 33 | Kalamun |
14 | Ya ruhi ruhi | 34 | Allah Allah |
15 | Subhanak | 35 | Ya Robbi sholli |
16 | Bihsawak | 36 | SholawatullahTaghsya |
17 | Bihimarrahman | 37 | Shollu |
18 | Tauhiduka | 38 | Al-faqir |
19 | Ya Hadi | 39 | Dilluni |
20 | Laila Saro | 40 | Nurul Musthofa |
Penyusun: Ummu Rumman
Muraja’ah: Ustadz Abu Salman
Kembalilah pada Kitabullah, Al Qur’an Al-Karim
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya Al Qur’an ini memberikan petunjuk pada (jalan) yang lebih lurus.” (QS. Al Isra’ 9)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya aku tinggalkan pada kalian Kitabullah, yang jika kalian berpegang teguh dengannya, maka kalian tidak akan tersesat.” (HR. Muslim dan At-Turmudzi)
Allah telah menurunkan Al-Qur’an untuk diimani, dipelajari, dibaca, ditadabburi, diamalkan, dijadikan sandaran hukum, dijadikan rujukan dan untuk dijadikan obat dari berbagai penyakit dan kotoran hati serta untuk hikmah-hikmah lain yang Allah kehendaki dari penurunannya. Ukhty, pahamilah hal ini…
Selamatkanlah dirimu dengan bertaqwa kepada Allah. Tanamkanlah kemauan yang keras untuk mengambil manfaat dari Al Qur’an dalam segala hal yang memungkinkan. Demi Allah, semakin engkau berusaha mendekatinya, merenungi dan men-tadabburi, maka semakin banyak kebaikan yang akan engkau dapatkan.
Perbaguslah dan Perbanyaklah dalam Membacanya
Adapun membacanya, maka itu disyari’atkan dan disunnahkan memperbanyak membacanya serta mengkhatamkannya sebulan sekali, namun ini tidak wajib. Seandainya engkau bisa mengkhatamkannya kurang dari sebulan lakukanlah karena itu lebih bagus, akan tetapi jangan sampai kurang dari 3 hari.
Ukhty, Tidakkah Engkau Menginginkan Pahala yang Banyak dari Rabbmu ?
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Orang yang membaca Al Qur’an sementara dia mahir, maka dia bersama malaikat para penulis, yang mulia lagi berbakti, dan orang yang membaca Al Qur’an dan terbata-bata membacanya karena hal itu sulit baginya, maka dia mendapat dua pahala.” (Muttafaq ‘alaih)
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengangkat derajat banyak kaum dengan Al Qur’an dan menghinakan yang lain dengannya pula. Maka apa yang sudah kita usahakan agar derajat kita terangkat di sisi Allah. Menginginkan suatu hal takkan ada artinya kecuali kita bangkit dan bertindak untuk mencapai yang kita inginkan.
Raihlah Derajat Tinggi di Surga dengan Menghafalnya
Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Akan dikatakan kepada penghafal Al-Qur’an jika dia telah memasuki surga: ‘Baca dan naiklah.’ Kemudian dia membaca dan naik bersama setiap ayat satu tingkatan. Sampai dia membaca ayat terakhir yang ia hafal.” (HR. Imam Ahmad, Abu Daud, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, Al-Baihaqi dan Al-Hakim)
Dalam lafadz Tirmidzi, akan dikatakan pada para penghafal Al-Qur’an: “Bacalah, naiklah, dan bacalah dengan tartil sebagaimana ketika di dunia kau selalu baca dengan tartil. Maka sesungguhnya tingkatan derajatmu pada ayat yang terakhir engkau baca.” (HR Tirmidzi)
Ummu Darda’ radhiyallahu ‘anha berkata, “Aku pernah bertanya kepada Aisyah rodhiyallahu ‘anha tentang penghafal Al Qur’an yang memasuki surga, apa keutamaannya jika dibandingkan dengan orang yang tidak menghafalnya. Aisyah radhiyallahu ‘anha menjawab, “Sesungguhnya tingkatan surganya adalah sejumlah ayat-ayat Al Qur’an. Maka tidak ada seorangpun yang melampaui derajat penghafal Al Qur’an di dalam surga.” (HR. Al-Baihaqi, Ibnu Abi Syaibah, dan Al Baghawi)
Ya ukhty, cobalah menghafal beberapa ayat Al Qur’an dan rasakan bagaimana iman akan mengalir di dalam kalbu. Nikmatilah ketenangan yang kau dapatkan setiap kali mengulangi bacaan tersebut. Betapa rindunya hati ini untuk mendengar lantunan ayat-ayat mengenai keindahan surga… dan kekerasan hati menjadi luluh ketika mendengar ayat akan kengerian neraka.
Sesungguhnya dengan menghafal Al-Qur’an, kita bisa menghitung derajat kita di dalam surga. Sesungguhnya dengan satu ayat kita akan bisa menaiki satu derajat. Maka, tidakkah kita ingin mencapai tingkat surga yang setinggi-tingginya. Janganlah memuaskan diri dengan ingin masuk surga derajat terendah. Berharaplah dan kejarlah surga derajat tertinggi…
Bingkisan Istimewa untuk Saudariku yang Berkeinginan dan Berusaha Menjadi Penghafal Al Qur’an
Ya ukhty, kini telah hadir keinginan untuk menghafalkan Kitabullah. Kita telah menanamkan semangat yang kuat, tapi seiiring berjalannya waktu kejemuan mulai melanda, kesibukan-kesibukan lain menghadang, menghafal Al Qur’an menjadi terasa sulit… maka bacalah sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ini, “Jagalah (hafalan) Al-Qur’an, demi Dzat yang jiwa saya ada tangan-Nya, sesungguhnya Al-Qur’an itu sangat cepat terlepas melebihi (lepasnya) unta dari ikatannya.” (Diriwayatkan Al-Bukhari dari hadits Abu Musa Radhiyallahu ‘anhu no. 5033, kitab Fadha’il Al-Qur’an bab 23, dan Imam Muslim juga dari Abu Musa no. 1/23-(791), kitab Shalat Al-Musafirin bab 33)
Bagaimanakah agar Ikatan Unta Tidak Terlepas ?
Tentulah dengan mengikatnya dengan kuat kemudian menjaganya. Ukhty, Al-Qur’an membutuhkan banyak-banyak mengulang dan membaca. Bila engkau telah hafal satu surat, maka seringlah membaca dan mengulang-ngulangnya sampai mantap dan kuat, jangan pindah ke surat lain, kecuali bila engkau sudah menghafalnya dengan mantap.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Qur’an untuk dijadikan pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran ?” (QS. Al-Qamar: 17)
Dan yang menentukan adalah kemauan orang dan ketulusan niatnya. Bila dia memiliki kemauan yang tulus dan keseriusan terhadap Al-Qur’an, maka Allah akan memudahkan dia untuk menghafalnya dan menjadikan Al-Qur’an itu mudah untuk dihafal.
Engkau bisa menambah hafalan di pagi hari setelah sholat Shubuh atau di waktu lain engkau lebih bisa berkonsentrasi. Lalu engkau bisa mengulangnya pada hari itu. Perlukah waktu khusus ukhty ? Tidak. Engkau bisa mengulanginya ketika engkau sholat, berjalan menuju kampus, atau ketika menunggu kedatangan temanmu. Engkau bisa membacanya di berbagai tempat dan waktu, asal engkau tetap menjaga adab-adabnya.
Ukhty, semoga Allah meluruskan niatku dan niatmu. Mohonlah kemudahan dari Allah. Katakanlah pada dirimu, sesungguhnya besarnya pahala sebanding dengan kesulitan yang dihadapi. Katakanlah, dagangan Allah itu teramat mahal. Takkan bisa kita dapatkan kecuali dengan kesungguhan, kerja keras dan kesabaran. Katakanlah, tak ada lagi kesulitan setelah masuk surga, dan tak ada kebahagiaan secuil pun di dalam neraka. Dan bukankah yang kita tuju adalah kebahagiaan abadi di dalam surga-Nya serta kenikmatan melihat wajah-Nya…
Ukhty Muslimah, Didiklah Anak-Anakmu untuk mencintai Al-Qur’an, serta Memperbanyak Membaca dan Menghafalnya
Ya ukhty, bingkisan terakhir untukmu… sesungguhnya orang yang menunjukkan kepada seseorang kebaikan maka akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya. Maka didik dan doronglah anak-anakmu untuk membaca, mentadabburi, serta menghafal Al Qur’an. Ketika engkau merasa jemu atau lelah dalam mengajar mereka, bayangkan balasan yang akan engkau dapatkan setiap kali anak-anakmu membaca Al-Qur’an. Semoga semua usahamu untuk mendidik mereka mendapat balasan yang lebih baik dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Kita memohon pada Allah agar ditolong dan dimudahkan dalam membaca, mempelajari dan menghafal, serta mengamalkan kandungan Kitabullah. Semoga Al Qur’an bisa menjadi pemberi syafa’at dan menolong kita di akhirat kelak. Dan kita berharap agar Allah tidak menjadikan Al Qur’an menjadi hujjah yang justru akan mencelakan kita di akhirat. Aamiin…
Sebuah nasehat terutama untuk diriku dan saudariku…
Alhamdullilaahiladzi bini’ matihi tatimmush shalihaat
Maraji’:
***
Ditulis oleh Abu Farha Qasim Ata, S.Pd.I.
Segala puji milik Allah yang telah menjadikan bacaan al-Qur’an sebagai sarana beribadah dan peneguhan iman seorang hamba. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad shallahu ‘alaihi wasallam. Waba’ad.
Latar belakang tulisan ini kita bahas karena rasa keprihatinan atas realita kaum muslimin yang terjatuh dalam kesalahan membaca al-Qur’an, terkhusus lagi adalah mereka-mereka yang telah Allah tuntun untuk mengenal manhaj yang lurus yaitu manhaj ahlussunnah waljama’ah. Tentunya kita sangat bersyukur kepada Allah atas bersemangatnya generasi muda kaum muslimin untuk kembali kepada Islam yang benar sesuai pemahaman para salaful ummah, namun sebagai individu yang kelak mendakwahkan dan mentarbiyah ummat ternyata masih banyak yang salah dalam membaca al-Qur’an. Hal ini sangat terlihat ketika kita mendengar lantunan ayat-ayat al-Qur’an yang mereka baca terutama dalam shalat, masih terdapat kesalahan-kesalahan yang terkadang tidak dapat ditolerir.
Padahal perintah untuk membaguskan bacaan al-Qur’an adalah wajib hukumnya sebagaimana firman Allah:
“Orang-orang yang telah kami (Allah) beri mereka al-kitab (al-Qur’an) lalu mereka membacanya dengan bacaan yang sebenar-benarnya….” (QS. al-Baqarah [2]: 121)
Berkata syaikh Muhammad Thalhah Bilal Manyar, tentang “haqqa tilaawatih” yaitu:
“membacanya secara tartil dan sesuai tajwid sebagaimana yang diturunkan kepada Nabi Muhammad shallahu ‘alaihi wasallam” (Muqaddimah Ahkamu Qira’atil Qur’anil Karim, hal. 10)
“Dan bacalah al-Qur’an secara tartil……(QS. al-Muzammil [37]: 4)
Shahabat ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu menjelaskan makna tartil dalam ayat ini, yaitu: mentajwidkan (membaguskan bacaan) sesuai huruf-hurufnya dan mengetahui tempat-tempat waqaf (berhentinya).
Walaupun perkataan ini dikomentari oleh syaikh Mahmud Khalil al-Hushari al-Qari’, bahwa beliau belum mendapati sanad secara pasti. (lihat di catatan kaki buku beliau, Ahkamu Qira’atil Qur’anil Karim, hal. 28).
Tentunya tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan. Kritik, saran dan masukan tentu sangat kami harapkan guna melengkapi tulisan ini. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua. Kami memohon kepada Allah semoga tulisan ini sebagai pemberat timbangan kebaikan pada hari penghisaban kelak. Amiin.
A. Makna dan pembagian kesalahan
Para ulama tajwid secara umum telah mengistilahkan kesalahan dengan istilah “al-lahn” yang terdiri dari dua macam, yang tujuannya agar kita dapat menjadikannya sebagai ukuran untuk menggolongkan bentuk-bentuk kesalahan yang terjadi pada bacaan al-Qur’an masing-masing kita. Sebagaimana yang disebutkan oleh syaikh Mahmud Khalil al-Hushari al-Qari’ dalam kitabnya Ahkamu Qira’atil Qur’anil Karim, hal. 34-35,
1. al-lahnul jali, adalah kesalahan pada bacaan lafadz-lafadz al-Qur’an yang menyalahi kaidah tajwid, bahasa Arab khususnya i’rab (perubahan harakat akhir), baik yang dapat mengubah arti atau tidak. Melakukan kesalahan ini dengan sengaja hukumnya haram. Seperti (‘ain “ع” dibaca hamzah “Ø¡”, atau mengubah harakat)
contoh:
Catatan: kata yang digaris bawahi adalah bentuk kesalahan dari bacaan yang benar.
2. al-lahnul khafi, adalah kesalahan bacaan lafadz-lafadz al-Qur’an yang menyalahi sebagian kaidah tajwid namun tidak menyalahi kaidah bahasa Arab, juga tidak mengubah harakat dan tidak pula mengubah arti, seperti kesalahan pada bacaan idzhar, ikhfa’, iqlab, dan idgham. Melakukan kesalahan ini dengan sengaja hukumnya makruh.
B. Bentuk-bentuk kesalahan
Secara umum bentuk-bentuk kesalahan dapat diklasifikasikan dalam empat bentuk, yang dalam tulisan ini kita mencoba untuk merincikannya dan mengolongkan dalam dua kaidah kesalahan di atas,
1. Kesalahan pada makharijul huruf. Melakukan kesalahan dalam melafalkan huruf-huruf hijaiyah, seperti ‘ain “ع” dibaca hamzah “Ø¡” atau sebaliknya, demikian juga huruf-huruf yang lain. Kesalahan pada makharijul huruf ini tergolong dalam al-lahnul jali yang haram hukumnya bila disengaja dan terus-menerus dalam kesalahan yang sama. Maka perhatikanlah wahai para ikhwah maupun akhwat dan khususnya para imam-imam masjid! Sebagai contoh:
Catatan: bentuk kesalahannya adalah adanya perubahan bacaan pada huruf “ع” menjadi huruf “Ø¡”. Termasuk di sini adalah huruf bertasydid, contoh “rabbi” dibaca “rabi”.
2. Kesalahan pada nada dengung (ghunnah) yang terdiri dari idzhar (halqi maupun syafawi), idgham, ikhfa’ (haqiqi maupun syafawi), dan iqlab. Bentuk kesalahannya adalah tidak konsisten dalam mendengungkan atau yang idzhar dibaca dengung. Contoh: Pertama. idzhar halqi. (من آمن) nun mati bertemu hamzah, sedangkan idzhar syafawi. (الØمد) mim mati bertemu dal. Bentuk kesalahannya karena didengungkan atau ditahan ketika membacanya. Kedua. Idgham secara umum selain bilaghunnah, (من يعمل) nun mati bertemu ya. Bentuk kesalahannya adalah kurang ditahan atau terburu ketika membacanya. Ketiga. ikhfa’ haqiqi. (أأنتم) nun mati bertemu ta, adapun ikhfa’ syafawi. (ترميهم بØجارة ) mim mati ketemu ba’. Bentuk kesalahannya adalah kurang ditahan atau terburu ketika membacanya atau mengubah bacaan nun mati dengan bacaan “ng” dan mim mati dibaca idzhar. Keempat, Iqlab, (من بعد) nun mati bertemu ba’. Bentuk kesalahannya adalah kurang ditahan atau terburu ketika membacanya atau menggantikan bacaan nun mati langsung dengan ba’. Kesalahan ini walaupun tergolong dalam al-lahnul khafi namun dapat menghilangkan ruh dari tilawatul qur’an (bacaan al-Qur’an), dan hukumnya makruh bila dilakukannya dengan sengaja dan terus menerus dalam kesalahan yang sama. Dan termasuk kesalahan di sini yang terjadi pada “ال” syamsiyah pada nun mati, contoh: (النّاس), atau nun tasydid dan mim tasydid, contoh: (إنّ)- (أمّ). Bentuk kesalahannya adalah kurang ditahannya suara pada saat membaca “ال” syamsiyah pada nun mati atau nun tasydid dan mim tasydid.
3. Kesalahan pada hurufus sakinah (huruf-huruf sukun) atau tidak berharakat a-i-u dan qalqalah. Bentuk kesalahan yang satu ini boleh dibilang cukup fatal dan tergolong dalam al-lahnul jali yang haram hukumnya bila disengaja dan terus-menerus dalam kesalahan yang sama. Contoh: Pertama, kesalahan melafalkan hurufus sakinah (huruf-huruf sukun) (أنعمت). Bentuk kesalahannya adalah bacaan “an’amta” dibaca “ana’amta”. Dan masih banyak lagi contoh yang lain. Kedua, qalqalah secara umum yang terdiri dari (ب ج د Ø· Ù‚) dan syiddatul qalqalah (terdapat tasydid pada huruf qalqalah), contoh qalqalah: (قل هو الله Ø£Øد), dal adalah huruf qalqalah. Bentuk kesalahannya adalah tidak dipantulkan pada saat dibaca sukun (tidak berharakat a-i-u) maupun waqaf (berhenti) tepat pada huruf qalqalah tersebut seperti huruf dal di atas. Adapun contoh syiddatul qalqalah (terdapat tasydid pada huruf qalqalah) adalah: (تبت يدى أبي لهب وتبّ) pada kata “watabba” terdapat tasydid yang seharusnya ditahan sesaat sebelum di pantulkan qalqalahnya, adapun bentuk kesalahannya adalah dibaca seperti qalqalah biasa bahkan lebih parah lagi adalah tidak adanya qalqalah atau dibaca pantul seperti bacaan “watab”.
4. Kesalahan pada mad (bacaan panjang). Bentuk kesalahan ini tergolong dalam dua lahn sekaligus berdasarkan pembagian mad (bacaan panjang), bacaan mad (bacaan panjang) terbagi menjadi dua. Pertama mad ashli atau thabi’i (bacaan panjang yang asli), contoh: (بسم الله الرØمن الرØيم) lafadz “Allaah”, “al-Rahmaan”, dan “al-Rahiim” cukup dibaca dua harakat. Bentuk kesalahannya adalah kurang dari dua harakat atau lebih dari dua harakat, agar terhindar dari kesalahan ini maka caranya dengan diayun suara ketika membaca mad ashli. Kesalahan ini tergolong al-lahnul jali yang haram hukumnya bila disengaja dan terus-menerus. Adapun mad far’i (bacaan panjang yang cabang) selain mad (bacaan panjang) berikut ini yaitu: mad lazim secara umum (lihat buku tajwid) yang hukum bacaannya adalah enam harakat, mad shila qashirah yang dibaca dua harakat maupun thawilah empat harakat, mad badal yang dibaca dua harakat karena ketiga jenis mad (bacaan panjang) ini sangat dianjurkan oleh para ulama untuk dipatuhi hukum bacaannya. Adapun mad ‘aridh lissukun yang boleh dibaca dua, empat, bahkan enam. Mad wajib yang dibaca empat boleh dua harakat, mad jaiz yang boleh dibaca dua, empat atau enam harakat, mad layyin (lin) yang boleh dibaca dua, empat atau enam harakat, mad ‘iwadh yang seharusnya dibaca dua harakat, dan yang lainnya. Adapun bentuk kesalahannya adalah tidak konsisten dalam membaca masing-masing mad far’i (bacaan panjang yang cabang), sehingga kesalahan ini tergolong al-lahnul khafi sekalipun demikian dapat menghilangkan ruh dari tilawatul qur’an (bacan al-Qur’an), dan hukumnya makruh bila dilakukannya dengan sengaja dan teru menerus.
Penutup
Sebagai penutup kami wasiatkan kepada diri kami dan para pembaca budiman, jadikanlah al-Qur’an sebagai lentera penerang kegelapan hidup, sinarilah rumah-rumah, kos-kos-an, dan kamar-kamar kita dengan lantunan ayat-ayat al-Qur’an, karena bacaan al-Qur’an merupakan sarana paling utama dalam meneguhkan iman seseorang sebagaimana yang dijelaskan oleh Syaikh Shalih al-Munajjid dalam buku beliau yang sederhana Wasaailuts-tsabaat ‘ala dinillaah.
Demikian pembahasan ini kami paparkan ke tengah para pembaca, khususnya para penuntut ilmu syar’i guna menjadi perhatian bersama. Semoga Allah subhanahu wata’ala memudahkan kita untuk terus dapat membaguskan bacaan al-Qur’an kita dengan cara talaqqi (belajar langsung dengan ustadz) yang mumpuni, agar dapat terhindar dari bentuk-bentuk kesalahan di atas baik yang tergolong dalam al-lahnul khafi dan terlebih lagi adalah al-lahnul jali, wallahu ta’ala a’lam
Terbukanya tabir hati ahli farmakologi Thailand Profesor Tajaten Tahasen, Dekan Fakultas Farmasi Universitas Chiang Mai Thailand, baru-baru ini menyatakan diri masuk Islam saat membaca makalah Profesor Keith Moore dari Amerika. Keith Moore adalah ahli Embriologi terkemuka dari Kanada yang mengutip surat An-Nisa ayat 56 yang menjelaskan bahwa luka bakar yang cukup dalam tidak menimbulkan sakit karena ujung-ujung syaraf sensorik sudah hilang. Setelah pulang ke Thailand Tajaten menjelaskan penemuannya kepada mahasiswanya, akhirnya mahasiswanya sebanyak 5 orang menyatakan diri masuk Islam.
Bunyi dari surat An-Nisa’ tersebut antara lain sebagai berkut;"Sesungguhnya orang-orang kafir terhadap ayat-ayat kami, kelak akan kami masukkan mereka ke dalam neraka, setiap kali kulit mereka terbakar hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain agar mereka merasakan pedihnya azab. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagiMaha Bijaksana."
Ditinjau secara anatomi lapisan kulit kita terdiri atas 3 lapisan global yaitu; Epidermis, Dermis, dan Sub Cutis. Pada lapisan Sub Cutis banyak mengandung ujung-ujung pembuluh darah dan syaraf. Pada saat terjadi Combustio grade III (luka bakar yang telah menembus sub cutis) salah satu tandanya yaitu hilangnya rasa nyeri dari pasien. Hal ini disebabkan karena sudah tidak berfungsinya ujung-ujung serabut syaraf afferent dan efferent yang mengatur sensasi persefsi. Itulah sebabnya Allah menumbuhkan kembali kulit yang rusak pada saat ia menyiksa hambaNya yang kafir supaya hambaNya tersebut dapat merasakan pedihnya azab Allah tersebut.
Mahabesar Allah yang telah menyisipkan firman-firman-Nya dan informasi sebagian kebesaran-Nya lewat sel tubuh, kromosom, pembuluh darah, pembuluh syaraf dsb. Rabbana makhalqta hada batila, Ya…Allah tidak ada sedikit pun yang engkau ciptakan itu sia-sia.
Dari Bahtera Menuju Islam
Seorang pakar kelautan menyatakan betapa terpesonanya ia kepada Al-Quran yang telah memberikan jawaban dari pencariannya selama ini. Prof. Jackues Yves Costeau seorang oceanografer, yang sering muncul di televisi pada acara Discovey, ketika sedang menyelam menemukan beberapa mata air tawar di tengah kedalaman lautan. Mata air tersebut berbeda kadar kimia, warna dan rasanya serta tidak bercampur dengan air laut yang Lainnya. Bertahun-tahun ia berusaha mengadakan penelitian dan mencari jawaban misteri tersebut. Sampai suatu hari bertemu dengan seorang profesor muslim, kemudian ia menjelaskan tentang ayat Al-Quran Surat Ar-Rahman ayat 19-20 dan surat Al-Furqon ayat 53. Awalnya ayat itu ditafsirkan muara sungai tetapi pada muara sungai ternyata tidak ditemukan mutiara.
Terpesonalah Mr. Costeau sampai ia masuk Islam. Kutipan ayat tersebut antara lain sebagai berikut: “Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan, yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antar-keduanya dinding dan batas yang menghalang.” (QS Al-Furqon: 53).
Berdasarkan contoh kasus di atas, dapat memberikan gambaran pada kita bahwa ayat suci Al-Quran mampu menjelaskan fenomena Cromosome, Anatomi, Oceanografi, Keperawatan dan antariksa (baca "Jurnal Keperawatan Unpad" edisi 4, hal 64-70). Sebenarnya masih banyak ayat- ayat Al-Quran yang menerangkan fenomena evolution and genetic seperti QS. As-Sajdah: 4, QS. al-A’raf: 53, QS. Yusuf: 3, QS. Hud: 7, tetapi karena keterbatasan ruangan pada kolom ini, serta dengan segala keterbatasan ilmu dan pengetahuan yang dimiliki penulis, maka kepada Allah jualah hendaknya kita berharap dan hanya Allah-lah yang Mahaluas dan Mahatinggi ilmunya. Wallahu a’lam. (Diambil dari www.must_dhani.blogger.com)
SEMUA TENTANG ISLAM
KELUARGA
# BEBERAPA NASEHAT UNTUK KELUARGA MUSLIM
# BELAJAR DARI KELUARGA MUTAMIMIL ULA
UNTUK UKHTI
SILAHKAN KLIK# BEBERAPA NASEHAT UNTUK KELUARGA MUSLIM